Sekapur Sirih

Selamat Datang di blog Neraca Wilayah dan Analisis Statistik -BPS Provinsi Jambi: blog info makro Provinsi Jambi terkini.

12 February 2010

Laju pertumbuhan ekonomi Jambi 2009 melambat!

             Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada tahun 2009 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan 2008 mencapai 7,2 persen; sedangkan pada tahun 2009 sebesar 6,4 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding nasional (2009: 4,5 persen). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian (dengan komoditi utama minyak bumi dan batubara) yang hanya sebesar 0,7 persen menjadi penyebab utama perlambatan laju keseluruhan. Hal ini diakibatkan penurunan produksi di beberapa kabupaten seperti Tebo,Bungo,Sarolangun dan Batanghari. Pada tahun sebelumnya, sektor ini mencatat pertumbuhan sebesar 14,7 persen dan memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah. 

         Secara keseluruhan, seluruh sektor mencatat pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi ada pada sektor keuangan (17,9 persen) dan pertumbuhan terendah pada sektor pertambangan dan penggalian (0,7 persen). 

      Sektor pertanian masih menjadi kontributor utama atas perekonomian dengan kontribusi sebesar 26,5 persen); diikuti sektor pertambangan dan penggalian (18,2 persen) dan sektor perdagangan,hotel dan restoran (15,2 persen). 

     Dari sisi penggunaan, konsumsi rumahtangga menyokong 64,56 persen atas total PDRB; dan nilai ekspor lebih rendah dibandingkan impor (nett ekspor sebesar -920 miliar rupiah).



02 February 2010

Januari 2010: Inflasi Jambi tertinggi di Sumatera

           Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 1,95 persen pada bulan Januari 2010. Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 117,54 (Desember 2009) menjadi 119,38 pada bulan Januari 2010. Laju inflasi tahun kalender adalah sebesar 1,95 persen; sedangkan laju inflasi year on year mencapai 4,06 persen.

           Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok bahan makanan (5,53 persen); makanan jadi,minuman, rokok dan tembakau (1,37 persen); perumahan,listrik,air,gas dan bahan bakar (0,49 persen); kesehatan (0,58 persen); serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,10 persen). Sedangkan kelompok transpor,komunikasi dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.
   
          Sepuluh komoditi utama dengan andil inflasi terbesar adalah : cabe merah, beras, daging ayam ras, minyak goreng, gula pasir, tomat buah,tomat sayur,kangkung,kacang panjang dan ayam. Sedangkan beberapa komoditi dengan penurunan harga terbesar adalah : telur ayam ras,jeruk,bawang merah,ikan dencis,kentang,ikan tongkol,mesin cuci,emas perhiasan,kelapa dan kerang.




26 January 2010

Laju Inflasi 2009 (2,49 persen) Lebih Rendah dari Nasional

         Kota Jambi mengalami deflasi sebesar 0,31 persen pada bulan Desember 2009. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi turun dari 117,90 pada bulan November 2009 menjadi 117,54 pada bulan Desember 2009. Laju inflasi tahun kalender Kota Jambi dan laju inflasi tahun ke tahun  (yoy) mencapai 2,49 persen.
          Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,77 persen;kelompok sandang sebesar 1,21 persen;kelompok kesehatan sebesar 0,10 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,06 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,10 persen.Sedangkan  deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 1,64 persen serta kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,31 persen.        




           Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober (1,23 persen); dan deflasi tertinggi terjadi pada bulan Maret (0,81 persen). Inflasi tahun kalender sempat mencapai 3,16 persen pada bulan Oktober 2009. Laju Inflasi tahun kalender sebesar 2,49 persen lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional (2,78 persen).







25 January 2010

MDGs, tercapaikah?

Setiap negara telah komit untuk melaksanakan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional. MDGs (Millenium Development Goals) dideklarasikan di New York oleh 189 negara anggota PBB pada September 2000. Pada dasarnya, deklarasi pembangunan millenium berpihak pada upaya peningkatan kualitas hidup global. Tak hanya bicara masalah kemiskinan, pendidikan dan kesehatan; MDGs juga concern pada kelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender dan demokrasi, hingga kemajuan teknologi informasi- komunikasi.

MDGs menetapkan 8 tujuan pembangunan yang diurai menjadi 18 target dan 48 indikator. Evaluasi dan pemantauan atas tercapainya target akan berlangsung hingga 2015. Untuk level pemerintahan yang lebih rendah, gaungnya belum terdengar. Padahal, pencapaian ditingkat nasional sebagian berawal dari upaya dan kebijakan pada tingkat pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Apalagi setelah penerapan otonomi dimana sebagian besar otoritas pusat beralih ke daerah.

Tidak semua target MDGs terukur secara kuantitatif, sebagian diantaranya bersifat kualitatif. Hal ini disebabkan standar antar negara sesuai kondisi sosial ekonomi dan budaya setempat, sehingga keterbandingan sulit dilakukan. Target kuantitatif hanyalah patokan awal untuk memudahkan masing-masing negara mencapai tujuan MDGs. Sebab MDGs tidak bicara sebatas capaian angka, melainkan tindakan dan aksi untuk meningkatkan kualitas hidup.

Lebih penting bergerak untuk mengatasi kemiskinan daripada sekedar berdebat mengenai angka,persentase maupun metodologi penghitungan tanpa melakukan sesuatu. Upaya mencegah kematian ibu melahirkan, jauh lebih penting dibanding kegiatan mengumpulkan datanya saja. Begitupun upaya menciptakan pendidikan berkualitas, jauh lebih penting dibanding sekedar mengejar target jumlah murid pada level tertentu. Sebab, belum tentu setiap murid mendapat pengajaran yang layak, guru yang kompeten, dan fasilitas yang memadai. Oleh karenanya, kenaikan anggaran pendidikan demi mengejar kualitas patut mendapat apresiasi dan dukungan semua pihak.


Capaian positif Provinsi Jambi.


Penulis menyebut capaian positif pada indikator yang sedikitnya memenuhi 1 dari 3 kriteria yaitu: melampaui target MDGs; hampir mencapai target MDGs; atau lebih tinggi dari angka nasional (walau belum mencapai target). Dari 8 Tujuan MDGs, capaian terbaik Provinsi Jambi ada pada Tujuan 2 (mencapai pendidikan dasar untuk semua). Angka Partisipasi Murni (APM) SD pada tahun 2007 telah mencapai 93,88 %. Artinya; 93,88% penduduk usia 7-12 tahun di Provinsi Jambi saat ini tengah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Hal ini cukup menggembirakan mengingat angka nasional ditahun yang sama adalah sebesar 93,75 %. Namun pemerintah belum boleh berpuas diri, sebab target MDGs pada tahun 2015 adalah 100 %. Dengan proporsi kelulusan murid SD hingga 99,11 %; Provinsi Jambi sepertinya dapat memenuhi target tersebut, mengingat berbagai program seperti gratis sekolah, BOS dan lain sebagainya telah berjalan.

Pada aspek kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, Provinsi Jambi juga memiliki capaian positif. Rasio anak perempuan ditingkat SD mencapai 99,34 %; sedangkan di tingkat SMP,SMU dan Perguruan Tinggi diatas 100 %. Artinya, jumlah siswa perempuan lebih banyak dari siswa laki-laki (pada tingkatan masing-masing). Rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki (usia 15-24 tahun) mencapai 99,72 % (nasional: 99,85 %); hampir mencapai target MDGs sebesar 100%.

Indikator tersebut menunjukkan adanya kesetaraan dan keadilan gender dibidang pendidikan. Masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan tanpa membedakan jenis kelamin. Hal ini sangat positif, mengingat pendidikan perempuan adalah determinan penting dalam pembangunan ekonomi.

Peningkatan kualitas dan pemberdayaan perempuan juga terlihat dari keterwakilan di parlemen. Proporsi kursi dewan yang diduduki oleh perempuan mencapai 13,33% (nasional: 11,67%); melampaui target MDGs sebesar 11,30%. Perwakilan perempuan diparlemen merupakan salah satu aspek kesempatan partisipasi perempuan dalam kehidupan politik. Semoga peningkatan jumlah wakil di badan legislatif juga diikuti peningkatan prestasi, kinerja, dan manfaat bagi pemberdayaan perempuan di segala aspek pembangunan.

Dari aspek kesehatan, sekitar 65% kelahiran telah dibantu oleh tenaga terlatih seperti bidan desa dan dokter. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat sudah cukup baik, sehingga angka kematian bayi dan ibu melahirkan dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu, sekitar 64% ibu usia 15-49 tahun telah menggunakan KB; lebih tinggi dibanding angka nasional sebesar 58%.


Mengejar ketertinggalan.


Siapapun boleh menetapkan target. Mungkin pemerintah bisa berbangga hati mengingat sebagian besar remaja yang akan memasuki usia dewasa telah memiliki kemampuan dasar baca tulis. Namun itu saja belum cukup. Globalisasi menyebabkan tiap individu harus memiliki daya saing tinggi agar mampu menembus dunia kerja. Sekedar gelar dari bangku sekolah saja tidak cukup tanpa keterampilan yang memadai. Saat ini, kontribusi perempuan dalam pekerja upahan baru mencapai 29,08%; masih jauh dari target sebesar 50%. Begitupun dengan pengaruh perempuan diparlemen. Anggota parlemen laki-laki masih sangat dominan dalam mengambil keputusan dan populer di tengah masyarakat.

Dari aspek kesejahteraan, target 7,5% penduduk miskin pada tahun 2015 masih sulit dicapai, oleh nasional sekalipun. Yang cukup melegakan adalah tingkat malnutrisi anak sebesar 11,10% pada tahun 2007 (saja) telah melampaui target MDGs sebesar 18,00%. Lebih baik dibanding angka nasional sebesar 28,00%. Rasio kesenjangan kemiskinan Provinsi Jambi juga masih lebih baik dibanding nasional. Namun tetap saja kemiskinan harus diberantas, sebagus apapun tingkat kesenjangannya.

Hampir separuh penduduk Jambi (42%) masih minum dari sumber yang tidak terlindung seperti sungai, mata air, atau sumur yang seadanya. Tentu berbahaya bagi kesehatan,sebab tingkat pencemaran sungai sudah pada tahap mengkhawatirkan karena penambangan emas liar dengan bahan kimia berbahaya. Begitupun dengan kualitas sanitasi. Baru 64% penduduk Jambi menggunakan sanitasi yang layak. Sebagian penduduk mandi dan buang air di sungai, atau memiliki kamar mandi namun tidak layak. Bahkan masih ada penduduk yang memakai ‘wc terbang’.

Tugas pemerintah dalam menuntaskan misi MDgs sangat berat. Diperlukan kepedulian disegala lini pemerintah, disetiap tingkatan. Mencapai target MDGs bukan hanya tugas pemerintah pusat, atau provinsi, atau kota/kabupaten saja. Perlu koordinasi agar setiap program berhasil. Gaung MDGs masih belum terdengar ditingkat kabupaten. Mungkin ada beberapa program yang serupa, namun belum terintegrasi sehingga tidak berjalan optimal dan akhirnya mati ditengah jalan.

Perlu diingat, MDGs tidak hanya bicara masalah kemiskinan, kesehatan, dan kesetaraan gender. Masih ada pemberantasan HIV/AIDS, tuberkolosis dan malaria; pelestarian lingkungan yang tidak hanya sebatas perluasan ruang hijau tapi lebih jauh bicara masalah emisi CO2, bahan perusak ozon dan penggunaan bahan bakar padat; serta pengembangan kemitraan global. Fakta menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menderita penyakit menular tapi diabaikan; sebagian penduduk masih memasak dengan kayu bakar; dan lebih dari 60% penduduk belum mengenal internet bahkan komputer, padahal kedua fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk usaha, membuka pasar produk-produk lokal, menunjang pendidikan dan lain sebagainya.

Cukup banyak PR pemerintah, padahal 2015 sudah dekat. MDGs bukan sekedar mengejar angka, melainkan tindakan dan aksi nyata.