Sekapur Sirih

Selamat Datang di blog Neraca Wilayah dan Analisis Statistik -BPS Provinsi Jambi: blog info makro Provinsi Jambi terkini.

27 December 2009

Menakar Kepedulian Masyarakat Terhadap Statistik

Petugas survey yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (baik pegawai maupun mitra) lebih memilih memperkenalkan diri kepada responden sebagai “petugas sensus’ agar mudah diterima oleh masyarakat. Padahal, hanya ada 3 (tiga) sensus di Indonesia yang masing-masing diselenggarakan tiap sepuluh tahun. Sensus Penduduk dilaksanakan pada tahun berakhiran 0; Sensus Pertanian pada tahun berakhiran 3; dan Sensus Ekonomi pada tahun berakhiran 6. Bandingkan dengan ragam survey yang dilakukan secara berkala oleh BPS dalam kurun waktu mingguan, dua mingguan, bulanan, hingga tahunan dengan berbagai tujuan. Responden survey yang diselenggarakan oleh BPS mencakup rumahtangga, perusahaan, instansi pemerintah, lembaga pendidikan, hingga orang perorang atau individu.

Beberapa survey yang rutin diselenggarakan oleh BPS dengan sasaran atau responden berupa rumahtangga antara lain: SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang bertujuan untuk menangkap indikator utama kesejahteraan rakyat seperti : tingkat kemiskinan, pendidikan dan kesehatan; SAKERNAS (Survey Angkatan Kerja Nasional) untuk menangkap indikator ketenagakerjaan seperti jumlah angkatan kerja, tingkat pengangguran, dan jumlah tenaga kerja per sektor atau lapangan usaha; serta SBH (Survey Biaya Hidup) untuk menangkap penimbang masing-masing komoditas dalam penghitungan inflasi di Indonesia. Ketiga survey tersebut secara parsial akan menghasilkan indikator makro utama yaitu : angka kemiskinan, pengangguran dan inflasi.

Bila disandingkan dengan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang juga dihitung oleh BPS untuk mendapatkan angka pertumbuhan ekonomi regional (PDB untuk nasional); maka diperoleh analisis komperhensif mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat beserta indikator-indikator turunannya. Misal, ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang bertujuan untuk melihat seberapa besar modal (investasi) yang dibutuhkan untuk menaikkan pendapatan regional; ILOR (Incremental Labor Output Ratio) untuk melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja, baik total maupun sektoral; serta IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang dikenal juga dengan HDI (Human Development Index) untuk mengukur kualitas manusia Indonesia. Seluruh survey yang diselenggarakan oleh BPS mengikuti aturan (metodologi) internasional sebab sebagai satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan statistik dasar di RI, data BPS harus dapat dibandingkan dengan data negara lainnya. Bagaimana mungkin misal: HDI, dapat disusun bila konsep yang diterapkan di tiap negara berbeda-beda. Unsur yang dicakup dalam HDI antara lain angka melek huruf, angka harapan hidup, pendapatan perkapita, dan rata-rata lama sekolah.

Kepedulian Responden Rumahtangga

Hasil survey tidak hanya ditentukan oleh bakunya konsep dan metodologi yang digunakan, pelatihan yang memadai, kemampuan enumerator (petugas survey) tapi juga awareness atau kepedulian masyarakat sebagai responden. Dalam kegiatan lapangan beberapa survey yang penulis ikuti, baik di perkotaan maupun daerah terpencil , penolakan demi penolakan bukan hal yang asing. Ada yang khawatir dimintai uang, ditagih (maaf) pajak, bahkan dikira modus penipuan berkedok survey. Butuh kesabaran memang, sebab memperoleh data tidak pernah mudah. Perjalanan jauh ke pelosok dengan melintasi sungai dan jembatan kayu tua wajib dijalani bila daerah tersebut telah ditetapkan sebagai wilayah pencacahan. Begitupun pencacahan dengan responden penduduk di pulau-pulau terpencil, dimana kapal motor belum tentu ada setiap hari karena tingginya gelombang. Keluar masuk hutan menjadi hal yang biasa bagi petugas survey,sehingga adalah suatu kebahagiaan bila responden bersikap kooperatif dan welcome dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Daftar pertanyaan disebut kuesioner.

Misal,untuk menangkap indikator sosial seperti tingkat kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, dibutuhkan wawancara hingga hampir 1 jam.Pertanyaan yang diajukan sangat lengkap, mulai dari kuantitas beras yang dikonsumsi dalam 1 minggu terakhir, sayur-sayuran (menurut jenisnya), ikan dan daging (juga menurut jenisnya),konsumsi makanan jadi, bahan bakar, listrik, air dan gas, hingga pengeluaran untuk ‘amplop’ saat pesta perkawinan. Semua ditanya, semua dicatat. Tak jarang responden bertanya mengenai rumitnya kuesioner yang diajukan. Untuk itu petugas survey harus menjelaskan sebaik mungkin. Menyita waktu responden pastinya dan juga melelahkan. Namun, mengingat vitalnya angka yang akan dihasilkan maka menjadi kewajiban warga negara untuk menyokong program pemerintah demi keberhasilan perencanaan pembangunan. Salah satunya yaitu melalui penyediaan data yang akurat.

Selain kepedulian, juga dibutuhkan kejujuran responden. Hal ini terlihat dari kewajaran jawaban. Banyak yang berusaha merendahkan pendapatan, namun meninggikan pengeluaran. Atau banyak yang menjawab tidak tahu, padahal kuesioner telah dibuat sedemikian rupa dengan konsistensi yang jelas.

Hal serupa juga sering ditemukan pada pendataan yang bersifat sosial dengan mengeluarkan data individu seperti dalam penyaluran BLT. Sehingga, dibutuhkan verifikasi dan pengawasan yang intensif untuk memastikan bahwa tidak terjadi penyimpangan dan tujuan dapat tepat sasaran.

Sensus Penduduk 2010

Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) akan dilaksanakan pada tanggal 1-31 Mei 2010. Seluruh individu akan didata dengan pendekatan rumahtangga, termasuk tuna wisma . Sebelumnya, akan dilakukan pendataan populasi suku terasing seperti Suku Anak Dalam atau Orang Rimba. Dari hasil SP 2010 akan diperoleh profil lengkap kependudukan di Indonesia. Tujuan utama Sensus Penduduk 2010 adalah menghitung jumlah penduduk serta mengumpulkan informasi dasar kependudukan dan perumahan masyarakat di Indonesia. Sehingga, akan diketahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, dsb. Akan diketahui juga struktur penduduk Indonesia, apakah mayoritas berada pada usia produktif atau non produktif, piramida penduduk, serta pembentukan Single Identity Number untuk setiap individu.

SP 2010 mencakup semua penduduk yang tinggal di wilayah teritorial Indonesia baik Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun Warga Negara Asing (WNA),yang bertempat tinggal tetap dan tidak tetap, termasuk anggota korps diplomatik Indonesia di luar negeri. SP 2010 tidak mencakup anggota korps diplomatik Negara asing beserta keluarganya meskipun menetap di Indonesia.

Berbagai keterbatasan menyebabkan Sensus Penduduk tidak dapat diadakan setiap tahun. Negara-negara maju seperti Jepang dan AS saja menyelenggarakan Sensus Penduduk setiap 5 tahun. Namun, perlu diakui bahwa sistem pelaporan penduduk mereka sangat rapi sehingga perubahan jumlah penduduk dapat dipantau secara cermat dalam kurun waktu yang lebih singkat.

Keberhasilan Sensus Penduduk sangat ditentukan oleh kepedulian dan kejujuran masyarakat. Sangat memprihatinkan bila masyarakat menuntut pelayanan prima dari negara, namun memberikan data untuk perencanaan pembangunan saja sangat berat. Bila data yang masuk tidak benar, maka output yang dihasilkan tentu melenceng. Akibatnya, perencanaan pemerintah tidak akan tepat sasaran, sebab sasaran itu sendiri telah bergeser dari kenyataan.

03 June 2009

BULAN MEI 2009, KOTA JAMBI INFLASI SEBESAR 0,97 PERSEN

-------------------------------------------------------------------
þ Pada bulan Mei 2009, inflasi di Kota Jambi sebesar 0,97 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 114,62.

þ Inflasi terjadi pada empat kelompok barang dan jasa karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok bahan makanan sebesar 3,34 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,73 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen.
þ Deflasi terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,01 persen, kelompok sandang sebesar 0,20 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.
þ Laju inflasi tahun kalender (Januari – Mei)1 2009 mencapai minus 0,05 persen, sedangkan laju inflasi “year to year” (Mei 2009 terhadap Mei 2008)2 tercatat sebesar 5,77 persen.

-------------------------------------------------------------------

Pada bulan Mei 2009, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 0,97 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi naik dari 113,52 pada bulan April 2009 menjadi 114,62 pada bulan Mei 2009. Laju inflasi tahun kalender Kota Jambi pada bulan ini sebesar minus 0,05 persen, sedangkan laju inflasi tahun ke tahun mencapai 5,77 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga kelompok barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga barang dan jasa tersebut. Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,34 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,73 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05 persen.
Deflasi terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,01 persen, kelompok sandang sebesar 0,20 persen kelompok dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.
Tingkat inflasi bulan Mei 2009 terjadi karena sumbangan kelompok-kelompok pengeluaran terhadap inflasi. Sumbangan kelompok pengeluaran terhadap inflasi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar 0,9386 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar minus 0,0117 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0000 persen; kelompok sandang sebesar minus 0,0125 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,0284 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,0024 serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 0,0017 persen.

Sepuluh komoditi utama yang memberikan andil terhadap terjadinya inflasi bulan Mei 2009 adalah: daging ayam ras, cabe merah, minyak goreng, bayam, kangkung, ikan nila, kacang panjang, tomat sayur, daun singkong dan udang basah. Sedangkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain: tempe, jeruk, pisang, tomat buah, tahu mentah, semen, ikan dencis, kentang, ikan patin dan pasir.

INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN
a. Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada bulan Mei 2009 mengalami inflasi sebesar 3,34 persen atau terjadi kenaikan indeks harga dari 119,00 pada April 2009 menjadi 122,98 pada Mei 2009.
Pada bulan ini tujuh sub kelompok mengalami inflasi, yaitu sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 0,24 persen, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 10,45 persen, sub kelompok ikan segar sebesar 1,73 persen, sub kelompok ikan diawetkan sebesar 1,03 persen, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 16,08 persen, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 6,21 persen dan sub kelompok lemak dan minyak sebesar 4,91 persen.
Deflasi terjadi pada tiga sub kelompok, yaitu sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,36 persen, sub kelompok kacang-kacangan sebesar 5,69 persen serta sub kelompok buah-buahan sebesar 3,53 persen. Sedangkan sub kelompok bahan makanan lainnya tidak mengalami perubahan indeks.
Kelompok ini pada Mei 2009 memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,9386 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok ini antara lain daging ayam ras, cabe merah, minyak goreng, bayam, kangkung, ikan nila, kacang panjang, tomat sayur, daun singkong dan udang basah. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain tempe, jeruk, pisang, tomat buah, tahu mentah, ikan dencis, kentang, ikan patin, nangka muda dan cabe hijau.
b. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan Mei 2009 mengalami inflasi sebesar 0,06 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 120,95 pada April 2009 menjadi 121,02 pada Mei 2009.
Inflasi terjadi pada dua sub kelompok, yaitu sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,14 persen dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,16 persen, sedangkan pada sub kelompok makanan jadi tidak terjadi perubahan indeks.
Kelompok ini pada Mei 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0117 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah rokok kretek dan gula pasir.
c. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Pada Mei 2009 kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,01 persen, atau terjadi penurunan indeks dari 113,50 pada bulan April 2009 menjadi 113,49 pada Mei 2009.
Inflasi terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,31 persen dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,04 persen. Sedangkan deflasi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,16 persen dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,09 persen.
Pada Mei 2009 secara keseluruhan kelompok ini tidak memberikan sumbangan inflasi. Namun demikian, komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah bahan bakar rumah tangga, batu bata/batu tela, keramik, genteng, sabun detergen bubuk, kompor, daun pintu dan paku. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi adalah semen, pasir dan kayu balokan.
d. Sandang
Kelompok sandang pada Mei 2009 ini mengalami deflasi sebesar 0,20 persen, atau terjadi perubahan indeks dari 113,19 pada April 2009 menjadi 112,96 pada Mei 2009.
Deflasi terjadi pada tiga sub kelompok yaitu sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,07 persen, sub kelompok sandang wanita sebesar 0,01 persen dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu sebesar 0,65 persen. Sedangkan pada sub kelompok sandang anak-anak tidak terjadi perubahan indeks.
Kelompok ini pada Mei 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0125 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi adalah celana panjang jeans, sarung katun dan emas perhiasan.
e. Kesehatan
Pada bulan Mei 2009 kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,73 persen, yang berarti terjadi kenaikan indeks dari 108,65 pada bulan April 2009 menjadi 109,44 pada Mei 2009.
Inflasi terjadi pada sub kelompok obat-obatan sebesar 3,66 persen dan pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yaitu sebesar 0,21 persen. Sedangkan pada sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak terjadi perubahan indeks.
Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi pada bulan Mei 2009 sebesar 0,0284 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi kelompok ini adalah jamu.
f. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga pada Mei 2009 mengalami inflasi sebesar 0,05 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 106,81 pada April 2009 menjadi 106,86 pada Mei 2009.
Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, inflasi hanya terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yaitu sebesar 0,27 persen. Sedangkan pada sub kelompok jasa pendidikan, sub kelompok kursus-kursus/pelatihan, sub kelompok rekreasi dan sub kelompok olah raga pada bulan Mei 2009 tidak terjadi perubahan indeks.
Kelompok ini pada Mei 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0024 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah buku pelajaran akademi/ universitas.
g. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Mei 2009 mengalami deflasi sebesar 0,01 persen atau terjadi perubahan indeks dari 102,04 pada April 2009 menjadi 102,03 pada Mei 2009.
Deflasi hanya terjadi pada sub kelompok transpor sebesar 0,02 persen, sedangkan pada tiga sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok komunikasi dan pengiriman, sub kelompok sarana dan penunjang transpor serta sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.
Secara keseluruhan kelompok ini pada Mei 2009 memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0017 persen. Komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi pada kelompok ini adalah bensin.

INFLASI TAHUNAN
Laju inflasi Kota Jambi tahun kalender 2009 sebesar minus 0,05 persen. Besarnya laju inflasi “year to year”untuk Mei 2009 terhadap Mei 2008 sebesar 5,77 persen.

PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA IHK DI PULAU SUMATERA
Perbandingan inflasi antar kota IHK se-Sumatera pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada bulan Mei 2009 sebagian besar kota di Sumatera mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jambi yaitu sebesar 0,97 persen, sedangkan Kota Tanjung Pinang mengalami inflasi terendah diantara kota-kota se-Sumatera, yaitu sebesar minus 0,56 persen.

18 May 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I TAHUN 2009

---------------------------------------------------------------

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada triwulan I tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2008 meningkat sebesar 0,8 persen. Peningkatan ini didukung oleh semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor bangunan sebesar 3,8 persen. Pertumbuhan terkecil terjadi pada sektor pertanian sebesar 0,2 persen.
 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2009 mencapai Rp.9.755,57 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan I tahun 2009 adalah Rp.3.977,71 milyar.
 Pada triwulan I tahun 2009 ini sumber pertumbuhan utama PDRB masih berada di sektor industri pengolahan dan sektor bangunan masing-masing sebesar 0,2 persen, sektor yang merupakan sumber pertumbuhan terendah adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,01 persen
 Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi Jambi sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga yaitu sebesar 71,5 persen

 PDRB Provinsi Jambi triwulan I tahun 2009, bila dibandingkan dengan triwulan I tahun 2008 (y-on-y) tumbuh sebesar 8,4 persen.

06 May 2009

BULAN APRIL 2009, KOTA JAMBI DEFLASI SEBESAR 1,27 PERSEN

---------------------------------------------------------------
# Pada bulan April 2009, inflasi di Kota Jambi sebesar minus 1,27 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 113,52.
# Inflasi terjadi pada dua kelompok barang dan jasa karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok kesehatan sebesar 0,35 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,10 persen.
# Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,23 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,04 persen, kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,18 persen, kelompok sandang sebesar 0,05 persen, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.
# Laju inflasi tahun kalender (Januari – April)1 2009 mencapai minus 1,01 persen, sedangkan laju inflasi “year to year” (April 2009 terhadap April 2008)2 tercatat sebesar 7,31 persen.
---------------------------------------------------------------

Pada bulan April 2009, Kota Jambi mengalami deflasi sebesar 1,27 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi turun dari 114,98 pada bulan Maret 2009 menjadi 113,52 pada bulan April 2009. Laju inflasi tahun kalender Kota Jambi pada bulan ini sebesar 1,01 persen, sedangkan laju inflasi tahun ke tahun mencapai 7,31 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga kelompok barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga barang dan jasa tersebut. Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,35 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,10 persen.
Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,23 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,04 persen kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,18 persen, kelompok sandang sebesar 0,05 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen sebesar 0,03 persen.

Tingkat inflasi bulan April 2009 terjadi karena sumbangan kelompok-kelompok pengeluaran terhadap inflasi. Sumbangan kelompok pengeluaran terhadap inflasi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar minus 1,2264 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar minus 0,0077 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar minus 0,0420 persen; kelompok sandang sebesar minus 0,0032 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,0139 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,0057 serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus 0,0048 persen.
Sepuluh komoditi utama yang memberikan andil terhadap terjadinya inflasi bulan April 2009 adalah: pisang, petai, pepaya, jeruk, seragam sekolah anak, keramik, susu bubuk, nanas, kentang dan obat dengan resep. Sedangkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain: cabe merah,daging ayam ras, udang basah, bayam, iakn nila, tempe, beras, ikan teri (diawetkan), ikan saluang dan tomat sayur.

INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN
a. Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada bulan April 2009 mengalami deflasi sebesar 4,23 persen atau terjadi penurunan indeks harga dari 124,26 pada Maret 2009 menjadi 119,00 pada April 2009.
Pada bulan ini tiga sub kelompok mengalami inflasi, yaitu sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,60 persen, sub kelompok buah-buahan sebesar 5,01 persen dan sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,61 persen.
Deflasi terjasi pada delapan sub kelompok, yaitu sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya sebesar 0,58 persen, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 7,38 persen, sub kelompok ikan segar sebesar 7,96 persen, sub kelompok ikan diawetkan sebesar 5,35 persen, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 5,42, sub kelompok kacang-kacangan sebesar 5,13 persen, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 15,09 persen serta sub kelompok lemak dan minyak sebesar 0,55 persen.
Kelompok ini pada April 2009 memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 1,2264 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok ini antara lain pisang, petai, pepaya, jeruk, susu bubuk, nanas, kentang, mie kering instan, ketela pohon dan susu kental manis. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain cabe merah, daging ayam ras, udang basah, bayam, ikan nila, tempe, beras, ikan teri (diawetkan), ikan saluang dan tomat sayur.
b. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan April 2009 mengalami deflasi sebesar 0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 121,00 pada Maert 2009 menjadi 120,95 pada Apri; 2009.
Inflasi terjadi pada dua sub kelompok, yaitu sub kelompok makanan jadi sebesar 0,04 persen dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,10 persen, sedangkan pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol terjadi deflasi sebesar 0,60 persen.
Kelompok ini pada April 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0077 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah rokok putih dan biskuit,sedangkan komoditi yang memberikan andil deflasi adalah gula pasir dan kopi manis.
c. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Pada April 2009 kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,07 persen, atau terjadi penurunan indeks dari 113,71 pada bulan Maret 2009 menjadi 113,50 pada April 2009.
Inflasi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,07 persen, deflasi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,34 persen dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,26 persen. Sedangkan pada sub keompok bahan bakar, penerangan dan air tidak mengalami perubahan indeks.
Pada April 2009 kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0420 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah keramik, pengharum cucian/pelembut, daun pintu, seng, air conditioner (AC), papan, tissu, pembersih lantai dan sabun cream detergen. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi adalah batu bata, kayu balokan dan semen.
d. Sandang
Kelompok sandang pada April 2009 ini mengalami deflasi sebesar 0,05 persen, atau terjadi perubahan indeks dari 113,25 pada Maret 2009 menjadi 113,19 pada April 2009.
Inflasi terjadi pada dua sub kelompok yaitu sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,06 persen, dan sub kelompok sandang anak-anak yaitu sebesar 0,88 persen. Sedangkan deflasi terjadi pada sub kelompok sandang wanita sebesar 0,07 persen dan barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 0,83 persen.
Kelompok ini pada April 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0032 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah seragam sekolah anak, sedangkan komoditi yang memberikan sumbangan deflasi adalah emas perhiasan.
e. Kesehatan
Pada bulan April 2009 kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,35 persen, yang berarti terjadi kenaikan indeks dari 108,27 pada bulan Maret 2009 menjadi 108,65 pada April 2009.
Inflasi terjadi pada sub kelompok obat-obatan sebesar 0,76 persen dan pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yaitu sebesar 0,61 persen. Sedangkan pada sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak terjadi perubahan indeks.
Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi pada bulan April 2009 sebesar 0,0139 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi kelompok ini adalah obat dengan resep.
f. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga pada April 2009 mengalami inflasi sebesar 0,10 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 106,70 pada Maret 2009 menjadi 106,81 pada April 2009.
Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, inflasi terjadi pada dua sub kelompok yaitu sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,35 persen dan sub kelompok rekreasi sebesar 0,27 persen, sedangkan pada sub kelompok jasa pendidikan, sub kelompok kursus-kursus/pelatihan, dan sub kelompok olah raga pada bulan April 2009 tidak terjadi perubahan indeks.
Kelompok ini pada April 2009 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0057 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah televisi berwarna, pulpen/ballpoint dan tas sekolah.
g. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada April 2009 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen atau terjadi perubahan indeks dari 102,07 pada Maret 2009 menjadi 102,04 pada April 2009.
Inflasi hanya terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,15 persen, dan deflasi terjadi pada sub kelompok transpor sebesar 0,06 persen. Sedangkan dua sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok komunikasi dan pengiriman dan sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.
Secara keseluruhan kelompok ini pada April 2009 memberikan sumbangan inflasi sebesar minus 0,0048 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi pada kelompok ini adalah helm, ban luar motor dan bensin.

INFLASI TAHUNAN
Laju inflasi Kota Jambi tahun kalender 2009 sebesar minus 1,01 persen. Besarnya laju inflasi “year to year”untuk April 2009 terhadap April 2008 sebesar 7,31 persen.


PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA IHK DI PULAU SUMATERA
Perbandingan inflasi antar kota IHK se-Sumatera pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada bulan April 2009 seluruh kota di Sumatera mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Jambi yaitu sebesar 1,27 persen, sedangkan Kota Lhokseumawe mengalami deflasi terendah diantara kota-kota se-Sumatera, yaitu sebesar 0,03 persen.

05 May 2009

BULAN MARET 2009, KOTA JAMBI DEFLASI SEBESAR 0,81 PERSEN

* Pada bulan Maret 2009, inflasi di Kota Jambi sebesar minus 0,81 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 114,98.
* Inflasi terjadi pada lima kelompok barang dan jasa karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,57 persen, kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0,20 persen, kelompok sandang sebesar 1,01 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,14 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.
* Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,41 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,12 persen.
* Laju inflasi tahun kalender (Januari – Maret)1 2008 mencapai 0,26 persen, sedangkan laju inflasi “year to year” (Maret 2009 terhadap Maret 2008)2 tercatat sebesar 9,16 persen.

31 March 2009

Mengukur Ketimpangan Pendapatan Penduduk Jambi dengan Gini Ratio


Pemerataan pendapatan menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. Pertumbuhan ekonomi yang selama ini dianggap sebagai salah satu indikator perbaikan ekonomi tidak bisa mengukur tingkat kesejahteraan dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tergantung dari mana sumber-sumber pertumbuhan itu berasal.
Terdapat beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan di suatu wilayah. Salah satu indikator yang lazim digunakan untuk menghitung ketimpangan pendapatan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 dan 1. Ketimpangan pendapatan dikatakan rendah apabila nilai Gini Ratio kurang dari 0,3 dan dikatakan ketimpangan pendapatan sedang apabila nilai Gini Ratio diantara 0,3 dan 0,5 serta dikatakan ketimpangan pendapatan yang tinggi apabila nilai Gini Ratio lebih dari 0,5.
Gini Ratio juga dapat dilihat dari kurva lorenz, dimana Gini ratio merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas segitiga di bawah diagonal. Apabila kurva lorenz mendekati diagonal berarti pendapatan semakin merata karena nilai Gini Ratio makin kecil.
Hasil penghitungan indeks Gini Ratio dengan mengunakan data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007 di Provinsi Jambi sebesar 0,233. Apabila dilihat per kabupaten/kota, angka indeks terbesar di kota Jambi sebesar 0,263 sedangkan angka indeks terendah di kabupaten Sarolangun sebesar 0,141. Hasil penghitungan kabupaten yang lain bila diurutkan dari ketimpangan terbesar yaitu Tanjab Barat 0,261, Merangin 0,231, Kerinci 0,230, Muaro Jambi 0,221, Tebo 0,205, Batang hari 0,194, Tanjab Timur 0,194 dan Bungo 0,180. Secara umum seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi tergolong memiliki ketimpangan pendapatan yang rendah.
Note : Penghitungan rata-rata pendapatan dengan data SUSENAS didekati dengan pengeluaran karena dikhawatirkan nilai pendapatan akan underestimate.

17 March 2009

Bulan Februari 2009, Inflasi Kota Jambi 0,66 %

  • Pada bulan Februari 2009, inflasi di Kota Jambi sebesar 0,66 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 115,92.
  • Inflasi terjadi pada lima kelompok barang dan jasa karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,97 persen, kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 3,51 persen, kelompok sandang sebesar 2,08 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,06 persen.
  • Deflasi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,48 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,44 persen.
  • Laju inflasi tahun kalender (Januari – Februari)1 2008 mencapai 1,08 persen, sedangkan laju inflasi “year to year” (Februari 2009 terhadap Februari 2008)2 tercatat sebesar 11,37 persen.

16 March 2009

Kesenjangan Pendapatan di Provinsi Jambi



Perbedaan sumber daya alam, sumber daya manusia serta kondisi infrastruktur antar wilayah menyebabkan terjadinya kesenjangan (disparitas) pembangunan. Salah satu alat untuk menganalisis tingkat ketimpangan ekonomi adalah Indeks Williamson atau Coefficient of Variation Williamson (CVw). Nilai Indeks Williamson berada antara 0 dan 1. Jika nilai Indeks Williamson mendekati nol, maka tingkat pemerataan di Propinsi Jambi adalah baik, dengan kata lain tidak terjadi ketimpangan antar kabupaten/kota. Sebaliknya jika nilai Indeks Williamson mendekati nilai satu, maka tingkat ketimpangan atau disparitas regional di Propinsi Jambi semakin memburuk.


Hasil penghitungan koefisien varians tertimbang Williamson untuk Provinsi Jambi selama periode 2004 sampai 2007 menunjukkan kecendrungan menurun. Nilai CVw pada tahun 2004 mencapai 0,505 dan turun drastis menjadi 0,398 pada tahun 2005 ; dan 0,358 pada tahun 2007. Besaran Indeks yang mendekati 0 menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan antar daerah (kabupaten/kota) di Provinsi Jambi semakin rendah. Dengan kata lain, hasil pembangunan (yang tercermin dalam PDRB perkapita) dinikmati secara cukup merata dalam ruang lingkup Provinsi Jambi.


Keterangan: Data yang digunakan adalah PDRB Perkapita (dengan migas) Kabupaten/Kota dan Provinsi Jambi Periode 2004-2007. CVw akan menunjukkan hasil yang berbeda bila data yang digunakan adalah PDRB Per kapita tanpa migas.

19 February 2009

Kemiskinan (march'08)



  • Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jambi pada bulan Maret 2008 sebesar 260,3 ribu jiwa (9,32 persen)। Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 281,9 ribu jiwa (10,27 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 21,6 ribu jiwa.

  • Pada bulan Maret 2008, persentase penduduk miskin perkotaan mencapai 13,28 persen sedangkan di perdesaan mencapai 7,43 persen।

  • Peranan konsumsi kebutuhan dasar makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan konsumsi kebutuhan dasar bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan)। Pada bulan Maret 2008, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) di Jambi sebesar 77,61 persen.

  • Garis Kemiskinan menunjukkan tren yang cenderung meningkat seiring peningkatan nilai pengeluaran penduduk। Garis Kemiskinan Maret 2008 di daerah perkotaan lebih tinggi daripada Garis Kemiskinan di perdesaan.

  • Pada periode Maret 2008 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan periode Maret 2007. Hal ini memberikan indikasi bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Tenaga Kerja (aug'08)


  • Penduduk Usia Kerja (PUK) di Provinsi Jambi pada Agustus 2008 meningkat sebesar 81 ribu orang dari sekitar 1।876 ribu orang pada Agustus 2007 menjadi sekitar 1.957 ribu orang atau naik sebesar 4,1 persen. Sementara itu, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2008 meningkat sebesar 67 ribu orang dari 1.223 ribu orang pada Agustus 2007 menjadi 1.290 ribu orang atau naik sebesar 5,2 persen.


  • Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Jambi pada Agustus 2008 mencapai 1।224 ribu orang atau bertambah 77 ribu orang dari Agustus 2007 sebesar 1.147 ribu orang. Sementara jumlah penganggur terbuka pada Agustus 2008 sebesar 66 ribu orang atau mengalami penurunan sebesar 10 ribu orang dibandingkan keadaan Agustus 2007 sebesar 76 ribu orang.


  • Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jambi pada Agustus 2008 mencapai 5,14 persen atau mengalami penurunan dibandingkan keadaan Agustus 2007 (6,22 persen)।


  • Sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi meskipun terasa fluktuasinya jika dibandingkan antar waktu।


  • Penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 23,3 persen pada Agustus 2007 menjadi 23,7 persen pada Agustus 2008. Sementara penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas pertanian naik dari 5,4 persen pada Agustus 2007 menjadi 6,0 persen pada Agustus 2008, sedangkan pekerja tidak dibayar persentasenya mengalami penurunan dari 21,2 persen menjadi 19,2 persen.